cerpen leilla : destiny

'bahagia itu bukan hanya milik sebagian orang, rein. kau pun layak untuk bahagia.'
reina masih saja gundah. perkataan lisa sama sekali tak didengarkannya.
'aku pulang.'
'langsung pulang, jangan kemana-mana. pikiranmu kacau. jangan sampai kau bertindak bodoh.'
'hmm.' reina mendengus. lisa selalu menjadi seorang yang sangat penting dalam hidupnya. sebagai teman, saudara, bahkan ibunya.

langit semakin kelam. cuaca kota melbourne semakin tak bersahabat belakangan ini. reina merapatkan coatnya. sial, pikiran tentang nirwan sama sekali tak bisa hilang dari kepalanya. nirwan brengsek. laki-laki pengecut. bagaimana mungkin ia muncul di tengah situasi seperti ini. 

i need a couple of coffee. reina menyeberang jalan. ada coffe house di sudut fear-street sana.

secangkir kopi dan sepiring cocholate fudge brownie, perfect
the day i falling love mengalun pelan.
geezz, kenapa lagu itu yang harus didengarnya saat ini. 

'reina.'
nirwan!
great. nor music and him, dua-duanya sangat menyebalkan untuk dihadapi sekarang.
'aku mencarimu seharian. got my message?' lelaki itu menyeret kursi di depannya. 
sungguh seorang yang tak berperasaan.
reina menggeleng. 'aku di rumah lisa sejak tadi.'
'minggu depan anniversary mas daniel, kau diundang. kita bisa datang bersama kalau kau mau.'
nirwaaaaannn, hentikan!! ingin rasanya reina melempar sendok kopinya ke arah nirwan. 
why don't you just leave me.. alone..
'aku repot. ajak lisa saja.'

nirwan tak menjawab. jemarinya memanggil waiter untuk memesan menu yang sama. 
sama. kesukaan kami selalu sama.selalu.
'paper? nanti aku bantu. aku lowong minggu ini.'
'nanti kupikirkan. aku pulang.'
'rein..' nirwan menggenggam telapak tangannya. 'jangan menghindariku terus.' 
demi tuhan reina tak sanggup mendengar nada bicara nirwan yang memelas seperti itu. 
selalu runtuh. pertahanannya. selalu runtuh. 
mengapa waktu tak juga dapat menghapus kebencian dalam hatinya? 

'lepaskan.'
'nggak. duduk. dengarkan dulu.' reina memandang lekat matanya. nirwan tak tersenyum. matanya menahan kepedihan. kepedihan yang sama dengannya.
'please..' 
reina menunduk. kembali terduduk. melepaskan genggaman hangat tangan nirwan yang masih ingin dirasakannya lebih lama.
'maafkan aku, rein. aku salah. kalau saja ada satu hal yang bisa menghapus semua kesalahanku di masa lalu. aku mencintaimu. selalu mencintaimu.'
reina mendengus. membuang wajahnya. airmata mulai membayang di pelupuk matanya. jangan menangis sekarang, tuhan. 

'perkawinanku, tentu saja kami bahagia. setidaknya aku mencoba untuk bahagia. aku tak ingin menyakiti perasaan inggar.'

lalu bagaimana dengan perasaanku? boleh kau sakiti aku kapan saja kau mau? begitu?

'justru karena kami sama-sama mencoba untuk bahagia, tak juga kami dapatkan kenyataannya. inggar meninggalkanku, rein. dan aku tak berusaha keras untuk membuat kami bersatu kembali. kau tau kenapa? karena aku mencintaimu. anggap saja itu kebodohan terbesarku. tapi sungguh aku tak bisa sedetikpun melupakanmu.'
kali ini mata reina benar-benar basah oleh airmata. ia menggeleng.
'bukan aku. kau hanya mencintai dirimu sendiri.' 

reina segera berdiri dan beranjak pergi.
mengapa langit tega mempertemukan kami kembali? 
tentu saja aku mencintaimu, demi tuhan aku masih mencintaimu.

nirwan terpekur.
reina, cinta yang tak pernah bisa direngkuhnya.
aku janji, rein, suatu hari nanti kita pasti akan bahagia. 
pasti.



Komentar