cerpen leilla : teman (??)

jam 7 malam..

berlembar kertas berserakan di atas meja.
lem, gunting, spidol, pensil, tissue, semuanya.
semua pekerjaan ini benar-benar membuatku gila.

satu hal belum selesai, datang lagi yang satunya.

"belum pulang, nis?"
"belum, pak, masih nanggung"
"lanjut besok saja, toh masih ada hari esok"
aku tersenyum. setengah menahan airmata agar tidak tumpah.
capek bukan main aku, pak. tapi kata-kata itu tak bisa keluar.

pak hamid tersenyum meninggalkanku sendirian.

menjelang malam dengan pekerjaan yang belum juga dapat diselesaikan sungguh membuatku sangat letih.
jasmani dan rohani.

"jangan matikan lampunya, pak" teriakku.
pak min mulai mengecek pintu. satu hal wajib yang harus dilakukan bila semua karyawan telah pulang.

baiklah, tinggal aku seorang diri.
sepi. hanya terdengar suara printer.
seandainya saja ada teman disini..

hampir sepuluh jam bekerja di depan komputer membuat mata terasa lelah.
memejamkannya sejenak rasanya seperti di surga.

entah sejak kapan, tiba-tiba aku merasa sepi ini begitu menggigit.
sunyi. tak seperti biasanya.
sangat hening.
membuka mata kulihat sekeliling.
seperti ada yang mengawasi.
namun tak ada siapapun.

tertegun kulihat jendela kaca.
sepertinya ada yang memperhatikan?
aku berjalan keluar.
kosong.
tak ada siapa-siapa.

selama sepuluh tahun bekerja aku tak pernah merasa seasing ini di ruanganku sendiri.
tiba-tiba saja suasana terasa sangat lengang.
seperti ada sesuatu yang berbeda.

kembali menoleh ke arah jendela membuatku bergidik ketakutan.
ada sesuatu yang tak beres. tapi apa?
seketika aku berlari ke arah komputer mematikan printer, lampu, ac, semuanya.

di luar lorong senyap seperti tak berpenghuni.
kupercepat langkah menuju bagian check clock karyawan.
heran, biasanya lampu lorong tak pernah dimatikan.

menoleh kebelakang, rasanya memang benar, ada sosok yang mengejar.
matanya seperti terus mengawasi.

lorong.
gelap. tak ada jalan lain. harus kulewati.
jangan berjalan. lari saja. harus lari!


terengah aku berlari hingga lot parkir.
lampu baseman menyala sebagian.
kumasukkan kunci ke lobang dengan tangan gemetar.
ya Tuhan, belum pernah aku setakut ini.
tanpa melihat spion, segera kunyalakan mesin dan terus melesat ke pintu gerbang.

"pulang, bu"
"ya pak, selamat malam"
pak min mengangguk hormat.
disebelahnya, pak mijo terus menatap ke arahku.
tak berkedip.

terimakasih Tuhan, aku pulang. sertaiku di perjalanan.


epilog

mata pak mijo tak berkedip.
siapa itu? tak salahkah penglihatannya?

apa pak min melihatnya juga?
mengapa wajah rekannya itu biasa saja?

bu nisa tampak pucat seperti ketakutan.
sejak kapan ia mulai bisa membonceng orang?
semua orang tau bu nisa tak pernah berani membonceng siapapun.
dengan tubuh semungil itu? tak mungkin.
kakinya saja harus berjinjit memijak tanah.
motor itu terlalu tinggi untuknya.

tapi mengapa ia seperti tak menyadari siapa yang duduk dibelakangnya?

Tuhan, sertai bu nisa. jauhkanlah ia daripada yang jahat..

sebab sosok tertunduk berambut panjang dan berjubah putih yang duduk di belakangnya itu sesungguhnya amat menakutkan..

Komentar